BERBURU
GENAPKAN SEPARUH DIEN, BERLOMBA TINGGALKAN KETAQWAAN
Ada yang bisa memaknai judul di atas??mungkin
banyak yang bingung tetapi ungkapan di atas merupakan ungkapan paradoksal
yang seharusnya tidak boleh terjadi dikalangan umat muslim. Judul di atas terinspirasi dari fenomena yang
lagi booming dikalangan aktivis dakwah yang notabene mereka adalah garda
terdepan dimana iman, islam bahkan ihsan seharusnya berjalan secara serasi,
selaras dan seimbang. 3 kesatuan yang tidak boleh terkotak-kotakkan karena
ketiganya bersifat korelatif.
Sering teman kampus mengeluhkan suatu kajian
yang lagi tren masa kini entah di kajian kampus or kajian diluar kampus.
Yaa..kajian yang banyak diminati dan dinikmati oleh kalangan muda saat ini
dengan grand theme yang hampir serupa diseluruh kampus indonesia raya..”kajian
pra nikah” ..lho terus apanya yang salah??? Kenapa teman sampai mengeluhkan
acara tersebut yang di gelar secara fulgar ke adik-adik yang masih
“megang”/dibutuhkan di kampus? padahal menurut saya secara urgensi itu sangat
penting bagi kalangan muda (red: aktivis dakwah) saat ini. hehm mungkin menjadi
koreksi bagi kita semua..di sini tidak ada yang salah dan patut
dipersalahkan..karena memberi dan menuntut ilmu bagi tiap muslim menjadi hal
yang justru disunnahkan oleh Rasulullah..
Saya tidak akan membahas masalah kajian
pranikah yang digelar secara fulgar kepada aktivis dakwah yang masih sangat
aktif di kampus..karena itu bukan suatu masalah..yang ingin saya utarakan di
sini adalah korelasi antara penggenapan separuh dienul islam melalui
pernikahan dengan aplikasi dari
pemahaman konsep iman, islam dan ihsan yang ketiganya menjadi pondasi utama
tegaknya dien pada setiap hambaALLAH.
Belajar hikmah dari sepenggal pengalaman
hidup..
Pernah suatu ketika saya agak uring-uringan di
kos, kenapa???notabene kos akhwat muslimah masyaALLAH masih ada saja yang gemar
mendholimi penghuni kos lain dengan kebiasaannya..sebenarnya kebiasaan yang
lumrah bahkan tak jarang kita temui di kalangan mahasiswa kampus yaitu aktivis yang melalaikan kerapian dan
kebersihan diri dan lingkungan.. ya saya lanjutkan kisah yang pernah saya
alami..suatu ketika saya membuang bungkusan kecil dekat dapur kos, saya liat
dalamnya berisi kotak makanan yang di dalamnya saya tidak tahu entah apakah
isinya.. awalnya sehari,2 hari,3 hari sampai berlangsung sepekan lebih plastik
berisi kotak makan entah siapa pemiliknya itu tidak berubah posisi, hampir tiap
hari saya tanya ke penghuni kos siapa yang memiliki plastik hitam berisi kotak
makanan itu. Saya tunggu2 ternyata tidak ada respon dari penghuni kos. Dalam pikiran
saya sudah sepekan lebih tidak ada yang mengaku plastik hitam itu kepunyaan siapa,
berarti sudah menjadi wewenang saya untuk memperlakukan bungkusan itu
sebagaimana mestinya. Akhirnya saya buka plastik hitam itu..masyaALLOH ternyata
kotak makanan yang berubah menjadi jamur
yang amat menjijikkan bagi setiap insan yang melihatnya..tidak perlu
berfikir panjang langsung saya buang karena saya tidak mau menanggung resiko
untuk pingsan atau muntah-muntah melihat apa yang ada dalam kotak makanan itu..sehari
kemudian terdengarlah suara salah seorang penghuni kos yang mencari plastik
bungkusan hitam berisi kotak makanan itu..bingung mencari kesana kemari,
akhirnya saya sambangi si adik kos itu. ternyata benar dia mencari kotak yang
kemarin saya buang. saat ini saya jadi tersangka utama dalam insiden pembuangan
kotak makanan itu. tapi akhirnya saya punya alibi karena sejak seminggu yang
lalu beliau ada di kamarnya dan sudah saya tanyakan ternyata hanya mengiyakan
tanpa ada respon yang jelas terhadap apa yang sudah seharusnya menjadi tanggung
jawabnya..apa yang salah dengan saya?? Haruskah ijin kepada pemiliknya sedang
saya yakin pemiliknya akan pingsan ketika melihat barang kepunyaannya sudah
berubah wujud dan tidak layak digunakan lagi, dan parahnya lagi ternyata kotak
makanan itu dia pinjem dari salah seorang temannya”. Tidak hanya itu saja
bahkan cucian, piring&gelas bekas makan, minum, pakaian yang direndam,
pakaian kering, kaos kaki kotor arrgghhh etc..sering membuat penghuni kos yang
lain merasa terdholimi. Hingga suatu ketika komplain selalu datang dari partner
kamarnya yang selalu tidak betah dengan ketidak rapian dan ketidak
bersihannya..Tetapi ada yang menarik dari sisi pribadi beliau. Ketika beliau keluar
dari singgasana kos, pakaiannya selalu rapi dan cantik sekali..bajunya selalu
berwarna-warni dan match sekali. Sesampai dikampus ngisi kajian adik2 dengan PDnya
menyampaikan kepada adik2 binaannya sebuah hadits “ ANNADHOFATU MINAL IIMAN”
wow sungguh luar biasa bukan?
PERNAHKAH TERJADI ATAU ANDA TEMUI DILINGKUNGAN
SEKITAR ANDA???bila pernah anda temui segera beristighfarlah mohon ampun buat
diri anda dan buat “si tersangaka” J jika tak pernah ditemui maka bersyukurlah..
Sepenggal cerita di atas mengingatkan diri
sendiri betapa mengaplikasikan IMAN dari tataran konseptual ke tataran aplikatif
ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah. Kita ambil contoh di atas adalah
sebagian kecil dari iman masalah kebersihan dan kerapian..ya hal yang furu’
dari iman..pertanyaannya jika hal terkecil dari iman saja tidak diperhatikan bagaimana
dengan agama atau diennya atau keislamanya??Padahal iman menjadi pondasi utama
tegaknya islam dan ihsan yang akhirnya
membentuk kekokohan seseorang dalam ber dienul islam..menjadi muslim/mah yang
seutuhnya.
Bercermin pada fenomena sekarang ini banyak
kajian-kajian kampus bertemakan”FIQIH SUNNAH bab THOHAROH selalu kalah rating
pengunjungnya jika dibandingkan animo pengunjung kajian pra nikah (FIQIH
MUNAKAHAT)” sebenarnya sama-sama fiqihnya sama-sama pentingnya tapi ada prioritasnya..pernahkah
kita berfikir mengapa bab thoharoh menjadi bagian yang diutamakan dalam BULUGHUL
MARAM dibandingkan dengan FIQIH MUNAKAHAT itu sendiri? Jawabnya karena FIQIH
THAHAROH itu mendasari fiqih-fiqih selanjutnya “ Misal FIQIH MUNAKAHAT nantinya
akan menggunakan fiqih thoharoh bab mandi besar, bagimana fiqih tentang SHOLAT juga akan
menggunakan bab thoharoh tentang bagaimana tentang wudhu, hadats dan najis
kemudian tentang pengurusan jenazah akan menggunakan fiqih thaharoh juga”. Kenapa
menjadi hal utama karena bab thoharoh semua menyangkut dan berkaitan langsung
dengan tubuh kita, diri kita sendiri. Diterimanya sholat kita, diterimannya
ibadah kita, sehat atau sakitnya kita semua tergantung bagaimana kita
mengaplikasikan fiqih thoharoh pada diri kita. Ya tidak hanya kajian fiqih saja yang sich,Masih banyak
kajian-kajian lain yang kalah populer dari kajian pra nikah. Saya tidak akan
mempermasalahkan itu tapi mari kita kembali hidupkan majelis tholabul ilmi yang
membahas semua aspek dari mulai kajian aqidah, fiqih, shiroh,tafsir,
kontemporer dll secara “adil dan utuh” agar kita menjadi pribadi
muslim/muslimah yang utuh pula.
Semangat Menggenapkan Dien, Tetapi Jangan
Melupakan Bagian Dari Imanmu
Saudaraku bukan suatu masalah jikalau kita menggebu-gebu
dalam hal pernikahan. Seusia kita secara psikologis akan sangat wajar perasaan
itu muncul sebagai naluri kodrati yang merupakan rahmat dari Ilahi. Patut kita
syukuri. Tetapi ingatlah wahai saudaraku, ketika kita niatkan menikah karena
ALLAH Lillaahi Ta’ala berarti kita harus mau menanggung semua konsekuensi yang
ada yaitu penyempurnaan iman, islam dan ihsan untuk mencapai ketaqwaan. Anjuran
tentang menikah berdasarkan hadits adalah bahwa menikah merupakan penggenapan
dari separoh dien kita. Tetapi ada hadits yang menerangkan kelanjutan dari
hadits di atas yaitu genapkan separuh lagi dengan ketaqwaan kita seutuhnya pada
ALLAH SWT. Jadi jangan memutus kandungan hadits di tengah jalan, dengan
menafikkan kandungan hadits yang lain. Kita
harus cerdas mencari hadits lain yang juga saling berkaitan. Sekali lagi masalah
penggenapan dien dan penggenapan ketaqwaan bukan hanya dalam tataran konseptual
tetapi harus diwujudkan dengan akhlaq dan sikap / perbuatan kita. Kesemuanya
harus seimbang/wasathon. Jangan sampai kita lihai dan cakap dalam ilmu
pernikahan tetapi kita lupa tentang aplikasi ketaqwaan. Jangan sampai kita
ingat jadwal daurah munakahat dan kajian pranikah tetapi kita lupa jatah jadwal
piket kos kita. Jangan sampai kita semangat mendatangi walimahan tetapi kita
diam saja ketika buku, kaos kaki kotor dan pakaian kita berserakan dimana-mana.
Itulah iman, menuntut kita untuk memperhatikan hal-hal yang kecil tetapi
menghasilkan efek yang amat besar. Saya yakin toh tidak ada seorang ikhwan-pun
yang mau mendapatkan istri yang tidak memperhatikan kerapian dan kebersihan,
pun sebaliknya tidak ada seorang akhwat-pun yang ingin mendapatkan suami yang
jorok dan tidak memperhatikan kerapian. Ya.. dari suatu hal yang kecil mengenai
kerapian & kebersihan yang merupakan bagian kecil dari iman (sebenarnya
tidak hanya masalah fisik saja tetapi secara ruhani juga). Harapannya kita,
khususnya saya pribadi bisa mengintrospeksi diri dan melakukan perubahan sedini
mungkin, apakah saya benar2 siap untuk menggenapkan DIEN sekaligus menggenapkan
KETAQWAAN saya sebagai hamba ALLAH? Ataukah saya hanya siap mendapatkan
pasangan hidup yang mampu menggenapkan SEPARUH DIEN saya tetapi saya lupa
bagaimana kewajiban saya untuk BERTAQWA SEPENUHNYA pada ALLAH. Dengan cara apa
untuk mencapai semua itu? Menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan tidak
hanya dalam tataran konseptual tetapi diaplikasikan dengan akhlaq dan
sikap/perbuatan kita, dan itu butuh proses serta pembiasaan. Tidak ada kata
terlambat untuk melakukan perubahan dan mumpung belum terlambat dengan
kebiasaan/akhlaq buruk kita (sebelum semuannya kecewa termasuk pasangan kita
kelak), maka mari kita biasakan untuk senantiasa hidup rapi dan bersih jiwa
serta raga kita untuk menggenapkan bagian iman kita sehingga kita menjadi
muslim seutuhnya.